DRONENEWS.ID, Jakarta – LLDIKTI Wilayah IV menggelar rapat koordinasi dengan seluruh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah Jawa Barat dan Banten yang diselenggarakan di Mason Pine Hotel, Kota Baru Parahyangan, Bandung. Selasa, (21/10/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh Rektor Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dari wilayah Jawa Barat dan Banten, dengan mengusung tema strategis: Transformasi Pendidikan Tinggi melalui “Diktisaintek Berdampak”: Kolaborasi Kampus untuk Solusi Nyata bagi Masyarakat.
Acara ini menghadirkan jajaran pimpinan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), antara lain Menteri Dikti Saintek Prof. Brian Yuliarto, Wakil Menteri Prof. Stella Christie, Sekretaris Jenderal Togar Mangihut Simatupang, Dirjen Sains dan Teknologi Ahmad Najib Burhani, Dirjen Riset dan Pengembangan Fauzan Adziman, serta Inspektur Jenderal Kemdiktisaintek. Pada kesempatan ini ikut hadir Ketua Dewan Pembina Yayasan dalam kapasitas sebagai Anggota Komisi X DPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Furtasan Ali Yusuf, S.E., S. Kom., M. M.
Dalam sambutannya secara virtual, Mendiktisaintek Prof. Brian Yuliarto menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus melampaui ruang akademik dan berkontribusi nyata terhadap kemajuan sosial, ekonomi, dan daya saing nasional.
“Kita ingin kampus menjadi ruang lahirnya ilmu yang berdaya guna dan bermartabat bagi kemanusiaan,” ujarnya.
Program Diktisaintek Berdampak diperkenalkan sebagai paradigma baru pembangunan pendidikan tinggi yang tidak lagi semata-mata berorientasi pada kuantitas lulusan atau publikasi ilmiah, melainkan pada kontribusi konkret kampus dalam memecahkan persoalan bangsa.
Riset dan inovasi diarahkan menuju hilirisasi serta penguatan ekosistem inovasi di masyarakat.
Wamendiktisaintek Prof. Stella Christie, Ph.D., dalam sesi diskusi menyampaikan bahwa transformasi menuju research university adalah keniscayaan.
“Riset dan sains adalah kunci pertumbuhan ekonomi bangsa,” tegasnya.
Sekjen Kemdiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, menambahkan bahwa keberhasilan transformasi sangat bergantung pada perubahan budaya kerja kampus.
“Transformasi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Kampus harus mengubah tata kelola agar riset menjadi solusi, bukan sekadar laporan administratif,” ujarnya.
Dirjen Risbang, Fauzan Adziman, menyoroti pentingnya perluasan skema pendanaan riset terapan dan hilirisasi hasil penelitian.
“Kebijakan riset diarahkan pada penguatan inovasi dan industrialisasi hasil penelitian, membangun jembatan antara kampus dengan masyarakat, UMKM, dan dunia usaha,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Saintek, Ahmad Najib Burhani, menekankan peran kampus dalam membangun ekosistem sains yang ramah lingkungan.
“Perguruan tinggi harus menjadi penggerak utama ekonomi hijau, seraya mencontohkan kampus yang mampu mengelola sampah dan energi bersih sebagai wujud nyata pendidikan tinggi berkelanjutan”, ujarnya.***



